Kamis, 31 Mei 2012

I GOT NOthING, BUT I FouND The HIKMAH




(Experience being selles Ticket of Setia FurQon Kholid Seminar)
This is my story when I’m be a selles seminar ticket. And this is my first experience to sell the ticket.
Banyak pegorbanan yanng telah ku lakukan, but I got nothing... Namun, aku malah menemukan hikmah dalam hal ini. This is called the power of positif thinking. Mata hatiku terbuka oleh dua hal pelajaran. Yang masing-masing berkaitan dengan DIRI.
Pertama, aku tersadar oleh kualitas dari integritas pada diri ini. Jadi, ceritanya tu aku berusaha menawarkan tiket seminar kemana-mana. Awalnya sekedar tantangan, maklum habis ikut seminar motivasi Mr. Yunsirno. Aku semangat banget, karena aku punya target bisa menjual 20 tiket dengan Hadiah gratis tiket plus buku Setia FurQon. Wih...aku sampai membuat list nama-nama target untuk ditawarkan tiket beserta strategi-strateginya. Kebanyakan dari mereka adalah kawan-kawan diluar kampus, karena aku bisa bayangkan tanggapan anak JeELKa* bagaimana. Tapi aku tetap menawarkannya kepada mereka sebagai suatu ikhtiar. Bahkan aku menawarkan kepada abangku yang paling Jenius** itu. Bukannya menunjukkan keinginan, malah kebanyakan mereka melempar opini negatif. “Buat apa ikut seminar itu, buat memperkarya Setia Furqon?,” kata seorang teman berinisial M.E.Y. Tapi, bukan Diriku namanya kalau menyerah.
Usahaku tak sampai disitu, aku bahkan kelupaan mengerjakan tugas kuliyah saking sibuk promosi. Dosen mata kuliyah Jurnalistik Radio itu hanya memberi tatapan yang menyirat bahwa aku benar-benar salah. Galau deh, tapi aku masih tak menyerah. Ku pasang seribu pembenaran sampai tugas itu selesai ku kerjakan di kelas. Dan akhirnya kuserahkan. Konsekuensi pasti ada, Trust yang tergoyahkan. Tapi setidaknya telah kutunjukkan usahaku. Oya, tak hanya itu. Selama  sebulan menawarkan  tiket, aku harus sering pulang magrib, bahkan hampir Isya padahal perjalanan yang ku tempuh kurang lebih 15km. Ini karena memenuhi pemesanan tiket oleh sahabatku Nia untuk ditawarkan lagi ke teman-temannya. Kemuadian belum lagi waktu membantu orang tuaku yang tersita untuk promosi seminar ini.
Begitu semangatnya aku. Padahal bukanlah bagian dari kepanitiaan. Tapi, setelah semua itu ku lakukan, I got Nothing. Alias tidak ada hasil. Hanya 1 orang saja yang mendaftar, itu  pun belum melunasi uangnya. Karena kejadian ini aku berfikir, ternyata kata-kata seorang sepertiku belum cukup berpengaruh. Sepertinya aku harus lebih banayak belajar lagi tentang jurus integritas dan jurus mempengaruhi orang lain. Dan meningkatkan kwalitas diri tentunya. Padahal selama ini aku sudah berusaha jujur banget orangnya. Tapi, belum sukses memikat dalam bisnis.
Temanku Nia telah menjual 15 tiket. Katanya, bahkan ada pelanggan yang datang sendiri dan membeli tiket padahal dia tidak mempromosikan apalagi menawarkannya. Padahal sebelum-sebelumnya Nia juga belum kenal dengan Setia Furqon. Subhanallah... infonya nyebar sendiri. Entah bagaimana ia menjelaskannya. Sahabatku yang satu ini memang luar biasa. Sosok kepribadiannya sungguh berpengaruh. Aku bisa melihat sosok kemuslimahan telah tercermin dan bersemayam dalam dirinya. Seandainya... ia tak berlama-lama menyegerakan diri untuk menjadi muslimah sejati. Wah, kampusnya bisa jadi  kampus islami tuh.
***
Sampai saat ini, aku masih ingin menawarkan tiket, minimal 4 tiket lagi.  Aku sedang belajar dan mempersiapkan diri jika suatu ketika membuat kegiatan besar seperti ini, aku sudah punya pengalaman. Sudah tiga orang yang menjadi jaringan tiket dibawahku. Mereka adalah Nia, Kak Yuyun dan Bang Tarzan, eh, Tanzil. Masing-masing mereka mendapat tiket masuk gratis. Karena, peraturannya apabila telah membawa 5 orang, maka kita yang bawa bisa dapat gratis. Maka gratislah mereka dari membayar tiket 25 ribu itu. Tapi, aku bingung... setelah mengajak mereka, aku dapat apa ya?. Sadar lah aku, bahwa I got Nothing. Tapi, lagi-lagi positif thinking saja. Cape sih, banyak pengorbanan dan tidak ada hasil seperti ini, namun aku niatkan sebagai SEDEKAH JARIYAH  saja. Setidaknya aku sudah punya stok Link untuk menyebarkan tiket dan kembali akrab dengan teman-teman lama. Dan menginfokan berita yang bernilai kebaikan dan kemamfaatan bagi yang lain.
Kemudian hikmah yang Kedua. Ini kejadian ketika aku menyerahkan sebagan tiket yang telah laku kepada Ketupat alias ketua panitia, sebut saja namanya Supra.
 “ Ya udah, apa lagi beuh!,” nadanya sedikit menekan, itu sebagian dialog yang kuingat.
 Aku terkejut dan shock, sedikit tak nyaman. Sebenarnya dia itu tegas atau marah-marah sih. Beneran dongkol sesaat. Pas malamnya ada peserta yang nanya waktu pelaksanaan acara. Memang desain publikasinya penuh kekurangan, waktu aja bisa kelupaan di brosurnya. Aku mengirim sms dan bertanya kepada Supra, kali ini tanpa panggilan “Lebay” ku seperti biasa menyebutnya, ustad Supra. Berlebihan sekali, orang tak berwibawa seperti itu dipanggil ustad. Lebay... Jadi, aku menyebutnya dengan panggilan “Pra” pendeknya kata dari Supra.(Aku masih dongkol karena tadi dimarah-marah, tapi sekarang ga lagi kog, beneran deh). Eh, seketika dia nelphon dan mengatakan...
“Udah centil kali kog sekarang, panggil orang keg gitu.” 
“Nama anda memang Supra kan?”
Seharusnya wajar saja aku menyebut dia dengan nama. Wong, I older than He, yah... although  just one mounth sih... Seperti teman sebaya lainnya juga begitu menyebutnya. Mungkin beliau itu merasa kurang dihargai. Salah dia sendiri, bersikap tidak wibawa, teramat Lebay dan seperti tidak ingin dihargai. Setelah menjelaskan alasanku, akhirnya keesokan subuh beliau mengirim sms permohonan maaf juga. Syukur deh, kalau ga, bakal terjadi pembunuhan karakter nih. Kata CENTIL itu akan membayangiku selalu. Terhina sekali rasanya sebagai muslimah sejati bisa-bisanya ia berkata demikian terhadapku. Apalagi aku yang biasanya jauh dari sifat semacam itu di depan umum. Penempatan diksi yang salah besar.
Namun aku juga tidak mau egois, dari diriku sendiri bisa jadi juga terlalu sensitive, kata-kata semacam itu terlalu dimasukkan kedalam hati. Ya, udah keg gini diri, mau buat apa lagi?. Ngak gitu kog, justru aku harus belajar beradaptasi dengan berbagai karakter individu bahkan yang paling pedes sekalipun. Dunia kedepan akan lebih sulit, sama yang beginian aja bisa gabuk, apalagi yang lebih parahnya lagi nanti. Plis, jangan sedikit-sedikit dimasukkan ke hati. Bersikap lebih dewasalah.
Itulah sebagian kecil hikmah dari experience ku menjual tiket Setia Furqon.
 Oya, ngomong-ngomong aku lagi bingung ni, bagaimana cara membayar jatah tiket dan buku yang sudah terlanjur aku ambil, dalam waktu sedekat ini dengan hari H. 15 orang memang sudah memenuhi target untuk mendapatkan itu, tapi bukan aku yang mendapatkannya.
Sekarang nambah lagi  masalah satu. ternyata untuk seminar tgl 2 juni ini, panitia tidak menyediakan sertifikat. Gatswat sekali, padahal aku sudah bilang ada. waduw... ketupatnya ga jelasin sejelas-jelasnya sih. Kalau kawan-kawan tahu, tidak ada sertifkat, wah mereka bisa marah besar. dan kredibelitasku taruhannya. Ya Rabb kasih hamba solusi
  anda punya solusi?





*JeELka = singkatan dari Jurnalistik, jurusanku
**Jenius = standar jeniusnya kampungku saja.