“Miyako ya?”
Pesan ibu sesaat sebelum membeli kipas
angin baru bewarna biru putih seminggu yang lalu. Keren, baru tau ada kipas
angin yang sudah ber-remote pula. Jadi ngak susah-susah kalau mengaturnya pada
saat tidur.
Entah
kenapa ibuku dan beberapa orang kampungku begitu fanatik Miyako. Katanya “Miyako
koeng (tahan lama, bahasa Acehnya),
dan terjangkau lagi.” Hampir semua barang elektronik yang sudah kami miliki
dirumah mereknya Miyako. Pertama sekali beli Blender, asli tahan dari kami SMP
dulu, sampai mau tamat kuliyah sekarang ini. Dan ketika bersilahturrahmi ke beberapa
rumah tetangga pun, banyak peralatan elektronik woro-wiri nama Miyako, terutama
dispenser. Bahkan hampir satu kampungku menggunakan dispenser Miyako.
Bagi
keluarga kami yang sederhana, membeli barang elektronik bukanlah hal yang mudah,
tapi kami perlu menabung berbulan-bulan terlebih dahulu. Bahkan terkadang, membeli
barang elektronik menjadi impian tersendiri. Seperti bulan puasa satu tahun lalu
yang sangat panas. Apalagi di Aceh, betul-betul lengkap ujiannya lah.
“Seandainya
ada kipas angin, ya Allah,” lirih ibu. Dan hal senada hampir diucapkan oleh
kelima penghuni rumah yang lainnya, abang dan adik-adikku juga.
“Tuh kan ada AC alam. Besar lagi, orang kaya
mana punya,” begitu cara ayah yang memang berkarakter sabar dalam menyabarkan
kami. Maksudnya itu adalah dinding rumah yang terbuat dari kayu ala kadarnya
yang bolong disana-sini, sehingga banyak angin berkeliaran keluar masuk lewat
lobang tersebut. Sedih mendengarnya. Tapi, ini kami jadikan motivasi. Ibu menabung
dari hasil jual kacang goreng yang dititipkan ke warung-warung kopi.
Impian
ibu, Blender, setrika, kipas angin, ricecoocer dan yang terakhir dispenser yg
belum diwujudkan. Mungkin ke depan bisa nambah lagi. Tapi itu yang paling pokok
terlebih dahulu. Kalau tidak ada setrika, baju tidak rapi, kalau tidak ada
ricecooker, nasi bisa hangus melulu, dsb.
Nah,
sekarang saya sedang berusaha menabung untuk membeli dispenser impian ibu.
Membayangkan wajah ibu yang ceria saat pulang dari sawah walau kecape’an dan
berpeluh, tinggal kuambilkan gelas dan, srettt!
jadi deh, langsung minum. Tidak seperti
biasanya yang harus menunggu dimasak air terlebih dahulu, serta menimba air
yang jaraknya 10 meter dari dapur.
Belakangan kami sering sariawan dan panas
dalam karena kekurangan minum. Habis, lama-kelamaan jadi malas juga kalau harus
memasak air terlebih dahulu sebelum minum, padahal baru pulang dari aktivitas
sehari-hari yang menguras tenaga. Ya, terpaksa beli air mineral kalau sudah
genting. Tapi, hal ini justru boros jadinya. Uang jajan yang seharusnya bisa
digunakan untuk yang lebih bermamfaat malah harus dihabiskan hanya untuk
membeli minum.
Oleh
sebab itu, saya bertekad, semoga bulan puasa ini, Allah dengan kemurahan
hatinya memberikan rezeki untuk kami membeli dispenser. Giat menabung dan
bekerja lagi. Saat ini aku sedang mengajar di sebuah les, nyambi kuliah. Jadi
aku sisihkan sedikit demi sedikit dari kebutuhan kuliyahku yang menginjak
semester akhir ini. Semoga dispenser impian ibu bisa tercapai pembeliannya.
Seperti pada saat ibu bermimpikan
membeli setrikaan. Wajah ibu terlihat sangat sumringah saat ku bawa pulang
sebuah setrika listrik bewarna biru putih (warna favorit sepertinya, hehehe).Kira-kira
sekitar dua setengah tahun yang lalu.
“Berapa Neuk
(Nak)?” Tanya ibu tentang harganya.
“Tenang
aja bu, ngak dijual lagi kog. Hehehe,” jawabku sedikit becanda. Namun enggan
menyebutkan harganya. Mungkin ibu berfikir dengan kualitas segitu pastilah
harganya cukup sulit untuk ku tebus yang kala itu baru mendapat gaji pertama
mengajar les. Uang yang kuhasilkan secara susah payah itu, untuk pertama
kalinya ingin ku persembahkan untuknya, demi menyenangkan hati wanita mulia itu. Kebetulan aku sangat
terkejut melihat label harga di sebuah toko elektronik di Banda Aceh tersebut. “Ha?
Miyako hanya Rp 75.000, mending ini aja lah?” pikirku disudut toko tempat
setrikaan dipajang berbagai merk. Wah, bersyukur sekali. Uang pertamaku yang
totalnya Rp150.000 tak habis semua. Karena awalnya aku fikir sampai seratusan
ribu lebih.
Ini
pengalaman pertamaku membeli barang elektronik untuk keluarga. Ada rasa bangga
disana. Senaaang sekali rasanya. “Mak, udah ngak usah gosok pakai arang lagi
ni,” ucapku saat ibu membuka bungkus setrika itu sambil membaca kertas intruksi
penggunaan. Ibu hanya membalas dengan senyum yang indah tanpa berkata-kata.
Justru inilah indahnya. Mendapatkan impian dengan berusaha sungguh-sungguh.
Kita tunggu hadiah dari Miyako..
BalasHapusIya. semoga Aja yang Bang Nazri. oa, kalian ga ada bagi kisaha ttg MIyako?
Hapusterharu bacanya, semoga segera bisa mendapatkan rejeki dan membelikan ibunya dispenser ya, membua tibu tersenyum itu adalah rejeki juga buat anak anaknya.
BalasHapussemoga kita menang ya.. :)
salam.
Salam kenal mba Susan.
Hapusiya Mba... semoga menang, trus bisa kasih hadiah buat Ibu. Nah, tambah bejaya untuk Miyakonya, karena memberikan bantuan pada yang tepat... :)
Kasih Link tulisan Mba dong...
Sangat menyentuh tulisannya, semoga amal kebaikan untuk menyenangkan Ibunda dengan membeli dispenser, mendapat balasan rejeki yang lebih banyak dari Allah Swt ...
BalasHapus