#Make your KPM ceria...
Tulisan ini saya
dedikasikan bagi adek-adek leting dan kawan-kawan yang ingin mempersiapkan
keberangkatannya menuju penunaiaan Tri Darma perguruan tinggi yang ke tiga, ada
yang tau apa? Wah, kalau ngak tau, itu jadi PR dan harus cari tau ya? Di UIN
Ar-Raniry, kegiatan pengabdian ini disebut dengan KPM, mungkin di Universitas
lain di Aceh masih menyebutnya KKN. Kegiatan yang berlangsung kurang dari dua
bulan.
Temukan Motivasimu
Sebelum membahas lebih
lanjut. Pesan saya adalah, temukan
motivasi dan alasan kenapa kawan-kawan harus KPM dan harus sukses pula. Baik,
mungkin bisa jadi setelah membaca tulisan ini, kalian baru menemukan alasan
itu. Atau, bagi yang sudah menemukannya, alhamdulillah. Makanya, harus dibaca
dengan seksama. Yah, itu pun kalau mau tercerahkan.
Nah, biasanya nih, kalau
baru datang ke kampung tempat pengabdian, pasti suka bingung-bingung dulu, “Mau
buat kegiatan apa ya?” Ah, ada juga kog yang ngak bingung. Selamat bagi yang
sudah mempersiapkannya dengan matang. Tapi, saya yakin kebanyakan mahasiswa
masih suka bingung. Saya pun mengalami hal itu pada awalnya. Berikut beberapa
tips yang bisa di lakukan.
a.Ta’aruf
Minggu pertama biasanya
sering disebut dengan minggunya ta’arufan, atawa perkenalan. Baik itu
perkenalan dengan sesama kawan baru maupun dengan perangkat desa. Menjalin
kekompakan dan menyatukan ide sebelum bekerja adalah penting banget. Kalau
tidak, maka pekerjaan yang dilakukan akan semakin berat terasa. Makanya
mulailah berkenalan siapa dia, dimana tinggal, jurusan apa, keahliannya apa,
dsb. Karena, kedepan kita bisa berbagi tugas sesuai bidang dan keahlian
masing-masing.
Selanjutnya ta’rufan sama
perangkat desa. Sarannya saya, masa perkenalan ini ngak usah dilakukan sampai
satu minggu, yang penting efektifkan waktu bekerja kita. Adi, sekitar 3-4 hari
sudah sangat cukup. Asalkan kita mau membuat jadwal silahturrahmi ke rumah
perangkat desa. Misal:
Hari senin:
-Ke rumah Pak Keuchik (1 jam)
-Ke rumah Teungku Imam (30 menit),
ada kemungkinan imamnya lebih dari satu.
-Ke rumah Tuha Peut (30 menit).
Dan seterusnya, semakin
detil jadwal yang ditulis, maka semakin baik. Bedakan pula antara pembagian
waktu pagi dengan waktu siang. Serta, gunakan waktu solat berjamaan di mesjid,
baik di waktu magrib maupun di waktu Isya. Mungkin sehari kemudian atau hari
itu juga akan ada perkenalan anak KKN di mesjid oleh perangkat desa. Bagian ini
bisa fleksibel.
Hal yang sangat penting
pada saat ta’aruf ke rumah perangkat desa adalah, menanyakan, kira-kira program
yang seperti apa yang mereka butuhkan untuk kampungnya. Namun, sebelumnya
kawan-kawan sudah harus punya catatan tentang kegiatan yang akan dilakukan,
sebagai outline awal. Masyarakat adalah orang yang lebih tau apa kebutuhan
gampongnya. Dan hal ini juga bakal membantu kawan-kawan yang belum memiliki
gambaran mau buat kegiatan apa nantinya.
Ingat, setakut dan semalu
apapun, jangan tampakkan wajah seperti itu pada masyarakat. Tunjukan jati diri
kita yang percaya diri dan meyakinkan. Namun, bukan berarti “songong” dan
sok-sok an juga. Tetap jaga kesantunan dengan orang tua. Pengalaman saya, ada
kawan dari tetangga sebelah gampong yang bersikap “over” akhirnya mendapat
banyak cibiran.
b.Merancang Program
Wah, Kak, kami ngak tau
nih, mau buat apa aja sebagai outline awal tadi. Nah, berikut contoh program yang
biasa dilakukan anak KPM dan yang pernah kami lakukan.
Oya, bagi kawan-kawan
yang tidak mendengarkan dengan seksama pada saat pembekalan 3 hari di
auditorium Ali Hasjimi, mungkin akan lebih kesulitan dalam merancang program.
Konon lagi yang keluar-keluar masuk waktu pembekalan. Sebetulnya saya bisa
pahami, karena juga telah mengalami, hampir 80% penyampaian pematerinya
membosankan. Ya kan? Hanya satu atau dua pemateri aja yang “Asik”. Maklum saja,
kita harus husnuzon. Dosen-dosen kita itu memang memiliki kapasitas ilmu yang
tinggi, kog. Hanya saja cara penyampaian atawa retorika atawa ilmu pablic
speakingnya sedikit kurang dikuasai. Nah, loh, ngak takut mengkritik dosen?
Ngak kog, kan, hal ini untuk kebaikan, lagian sepertinya saya sudah pernah
menyampaikan langsung hal ini ke pihak P2M yang mengurus KPM. Dan, bagi dosen
yang membaca tulisan ini semoga bermamfaat dan bisa menjadi masukan.
Masa tiga hari pembekalan
ini sangat penting, seharusnya para dosen bisa menyajikan materi yang seharian
dari pagi sampai siang ini menyenangkan. Mahasiswa pun tidak bosan. Saran saya,
para dosen pemateri KPM juga harus diberikan pelatihan public speaking dan
motivator dari luar. Recomended saya misalkan Sayid Fadhil Asqar, Setia Furqon
Kholid, dan sebagainya yang punya passion di dunia pendidikan. Jangan sampai
menyalahkan mahasiswa secara sepihak saja karena tidak mau mengikuti
pembekalan. Bagi mahasiswa juga harus bersikap dewasa, sambil menunggu
perubahan dari kampus kita, maka tugas kita mau ngak mau ya harus didengerin
materinya. Bagusnya lagi, terlibat aktif dalam bertanya. Sekalipun pertanyaan
yang sangat sederhana, misal, menanyakan nomor HP si pemateri, hehhe, asal aja
contohnya ya? Kalau diketawain, cuek aja. Pulang dari setu pun, ngak ada yang
kenal lagi.
Balik ke pembahasan
perencanaan program yang akan dilakukan. Dari setiap materi yang diberikan saat
pembekalan, maka bisa kita susun ancang-ancang sesuai dengan amanat dan
keinginan pihak kampus yang harus dicapai mahasiswa. Misalkan dalam materi
syariat Islam, kita bisa membentuk sebuah kelompok kajian membahas tentang
syariat Islam di Aceh. Tapi kak, masalahnya kami aja ngak tau gimana syariat
Islam di Aceh tu. Nah, makanya dengerin baik-baik, telan tuh obat meski pahit
rasanya, Insyaa Allah bisa jadi penyembuh. Ngerti? Jadi, tugas selanjutnya ya
baca bawa buku referensi tentang syariat Islam. Jangan lupa simpan nomer HP
pemateri, hal ini berguna saat di
lapangan nanti.
Pengalaman saya, ketika
ada permasalahan pelik yang tidak bisa kami lakukan, maka saya akan menelpon
pemateri tersebut untuk bertanya perihal solusinya. Mereka juga bisa menjadi
teman sharing, dan memberi batasan kita, mana permasalahan gampong yang boleh
kita ikut campur, mana yang tidak boleh kita ikut campur. Soal materi syariat
Islam tadi, jika pada saat diskusi, ada warga yang bertanya dan kita tidak bisa
menjawab, akui saja, jangan asal. Katakan, “Maaf ya bu/Pak, jawabannya kami
tunda dulu, Insyaa Allah jawaban yang lebih lengkap lagi kami sampaikan besok.”
Pending dulu, lalu konsul sama dosen pemateri.
-Berikutnya program TPA.
Ini mah, kegiatan KPM
sejuta ummat. Paling mudah dilakukan, yaitu mengajar layaknya mengajar TPA
biasanya. Ah, ngak mudah juga kog, kak! Ya iya lah, wong ngak pernah ngajar
TPA. Kawans, makanya bagi yang belum KPM, saran ane cepat-cepat melamarkan diri
menjadi pengajar. Mamfaatnya waktu KPM gini. Bagi yang biasa ngajar TPA, ya
enjoy-enjoy aja mau ngajar bagaimana. Selain dapat ilmu, juga dapat pahala,
soal dapat infaq itu mah, bonus.
Saya bersyukur sekali
sahabat saya Dina Masturah “memaksa” saya untuk menjadi pengajar di TPA nya,
padahal saya merasa tidak berbakat banget untuk mengajar. Belum lagi
psikologisnya belum siap memanggil “Nak” untuk murid, kaku banget. Tapi, justru
pengalaman inilah yang berikutnya dengan izin Allah memudahkan saya dalam hal
berbicara dan beretorika. Wong practice ngomong tiap hari. Bahkan memudahkan
saya dalam presentasi KTI Nasional di Banten, alhamdulillah juara 2 dari 53
PTAIN se-Indonesia. Luar biasa mamfaat TPA, jika kita mau niatkan ikhlas dan
untuk pembelajaran diri juga.
Oya, kembali ke tablet,
eh ke topik. Soal program TPA. Hati-hati juga kawan. Maksudnya Kak? Iya,
hati-hati dengan merancang program ini, jangan sampai justru menimbulkan
konflik. Misal, di gampong yang kita stay udah ada TPA nya, jangan nambah lagi,
ikut nimbrung aja. Namun tetap buat kegiatan yang berbeda. Kalau ngak ada
pembeda, ya sama saja, keberadaan kita hambar. Pembeda itu misal seperti yang
kami lakukan, di gampong tersebut ada seorang Teungku yang mengisi kajian di
malam hari, dan TPA di siang hari. Kalau bisa kita bikin kelas khusus untuk
anak remaja atawa dewasa agar menjadi regenerasi dan membantu sang Teungku.
Ajarkan anak-anak remaja tadi cara mengajar, menyusun materi yang akan
diajarkan, berikan beberapa lagu-lagu TPA. Ini gampang sekali, kalau kita punya
stok materi BCM (Bermain Cerita Menyanyi). (Bagi yang mau, boleh diinbox,
Insyaa Allah akan saya kirim kan.
Pokoknya, walaupun kita
ngajar TPA juga, tapi buatlah terasa berbeda, ada hal baru yang bisa kita
berikan. Gunakan kemampuan yang selama ini ada. Telpon dan minta bantuan
ustazah lain dari TPA jika ada kendala. Misal, ketika pertengahan masa
pengabdian kita akan membuat lomba-lomba. Gimana lombanya, apa saja
penilaiannya, sistem pelaksanaannya, hal ini bisa ditanyakan kepada Ustaz/Ustazah
yang lebih berpengalaman di bidang itu.
Nelpon mulu, Kak? Habis
lah, pulsa kami. Yah, udah KPM mah jangan nanggung-nanggung. Ingat, kerja dan
pelajaran hari ini, maka akan sangat bermamfaat setelahnya. Kesuksesan itu pun,
tergantung bagaimana pengorbanan kita. Namanya juga masa study, ya banyak
keluar dana. Makanya bersungguh-sungguhlah melaksanakan KPM ini. Yang saya
bayangkan adalah, pertama, orang tua kita mengeluarkan dana yang tidak sedikit
untuk kegiatan ini, masa mau bangun-tidur-bangun lagi aja disana. Rugi lah.
Kedua waktu, jangan sia-siakan waktu begitu saja. Ketiga tekanan, banyak
tekanan yang akan kita dapatkan. Misalkan yang kami rasakan, nau’zubillah dah,
spot jantung pertama-tama kali sampai di gampong stay. Mulai dari Keuchik,
sampai masyarakatnya menunjukkan sikap penolakan terhadap kami. Wajar sih buat
mereka, konon yang KKN sebelumnya “ngak guna” banget katanya. Kerjaannya Cuma
mutar-mutar gampong dan sibuk di kamar sendiri. Astaghfirullah semoga kita
tidak menjadi bagian yang seperti itu ya. Namun, justru hal ini yang akhirnya
memacu adrenalin saya dan menjadi tantangan, harus melakukan sebuah pembuktian.
“Kita Harus Sukses Kawan-Kawan.” Alhamdulillah, akhirnya pihak gampong
meneteskan air mata, pertanda beratnya perpisahan pada saat kami selesai
mengabdi.
-Ketrampilan dan Kerajianan Tangan.
Dalam hal ini, kita tak
hanya mengajarkan penduduk, namun juga harus belajar skill yang mereka miliki.
Tukeran, lah istilahnya. Dan seperti itu memang yang diharapkan oleh P2M. Jika
ada ketrampilan yang kita bisa, buat jadwal dan hari khusus untuk diajarkan.
Sepakati dulu dengan peserta pelatihan. Begitu juga dari ibu-ibunya atau warga
yang kita mintai untuk mengajar.
[Wah-wah, pembahasan ini terlalu
panjang deh, Insyaa Allah akan saya tambah lagi ke depan dan lebih detil
beserta contoh program yang kami lakukan]. Keep Reading ya? Boleh ajukan
pertanyaan dan komentarnya di bawah.
c.Perlengkapan Tempur
Selain perlengkapan
pribadi yang kawans sendiri lebih tau apa yang dibutuhkan, juga siapkan buku
atau materi yang akan diajarkan di gampong stay. Misal, buku materi hafalan,
doa harian, buku cara mengajar juga penting buat yang belum pengalaman
mengajar. Oya, mumpung lagi teringat, usahakan sebelum kita mengajar anak
orang, kita sendiri sudah saling latihan. Buat janji dengan tim kita di
gampong, misal di meunasah. Latihan sendiri dulu, yang lain komentar dan beri
masukan. Ingat, persiapan akan membuat kita lebih siap dan ngak canggung
nantinya. Setelah mengajar pun harus membuat rapat evaluasi, apa yang kurang
hari ini, apa yang harus diperbaiki, dan yang baiknya di mana.
Kawans, masa pengabdian
terasa berat. Jujur, ya kan? Mulai dari makanannya yang tidak sesuai lidah,
homesick, wah, banyak lagi dah. Saran, bawa cadangan makanan sendiri serta bawa
satu buku motivasi. Ketika saya down, lelah, cape dengan perbedaan pendapat
dengan kawan-kawan, maka buku motivasi akan berperan sebagai sahabat dan
penyemangat kita. Intropeksi diri, memaafkan kawan-kawan. Soal konflik,
terkadang tak bisa kita elakkan. Alhamdulillah bagi yang aman-aman saja, bahkan
kompak. Namun, husnuzon saja, insyaa Allah ada hikmahnya. Ini penting untuk
pendewasaan diri.
Saya sendiri membawa
buku, Keajaiban Belajar karya Yunsirno, sebagai buku motivasi mengajar dan
belajar, bagaimana cara mengajar yang asik buat anak-anak, dari mana kata-kata
motivasi kita keluar untuk mereka, ya dari hasil bacaan kita.
Bawa juga buku bernuansa
Islami, dan Al-quran. Jika dulu jarang membaca, usahakan di masa sulit ini
rutinkan untuk membaca, meski hanya setengah halaman sehari. Mohon pertolongan
kepada Allah agar dikuatkan dan diberikan solusi atas permasalahan kita.
Usahakan tenang dan sabar, meski sulit. Niatkan kegiatan ini untuk ibadah dan
dakwah, insyaa Allah akan bernilai pahala dan setelah itu akan ada pelajaran
berharga yang kita dapatkan. Namun jika
tidak adanya keikhlasan, maka pekerjaan akan terasa lebih berat, dan saling
berharap-harap untuk bekerja. Seperti pengalaman kami, ada kawan-kawan yang
tidak ikhlas dalam bekerja sehingga mengerjai kawan yang lain dengan
menghalang-halangi dalam membuat laporan KPM. Semoga Allah buka kan pintu maaf.
Padahal, mereka menjadi saksi, bagaimana kawan tersebut berusaha dan bekerja,
bahkan hingga sakit parah di tempat mengajar. Pengalaman ini berharga sekali bagi mereka
yang mau mengambil pelajaran.
d.Jaga kesehatan dan P3K.
e.Disiplinkan menulis Buku Harian.
Kalau ngak disiplin nulis buku harian, maka akan ribet kedepannya. Buku ini juga membantu kita pada saat sidang KPM nanti. Sebelum sidang, kita bisa membacanya kembali, sehingga punya bahan ketika ditanya nanti.
f.Menghindari Konflik sesama.
“Hati-hati jaga hati,
jangan bermain hati, kalau tidak mau sakit hati,” begitu pesanku untuk 4
kawan-kawan seperjuangan di gampong itu.
Mereka adalah orang-orang
yang hanif dan baik. Hanya saja, belum aktif dan bergelut di organisasi
manapun. Alhamdulillah, Allah berikan kita kesempatan dalam keadaan High Quality Time dan aktif di beberapa
organisasi. Pesan di atas saya sampaikan, berdasar pengalaman bekerja di
lapangan selama ini. Salah satu masalah utama bagi anggota organisasi adalah
saat terserang virus merah jambu. Kalau sudah begini, beban 5 kg aja bisa
berasa 50 kg. Dampaknya adalah terhadap kelancaran program kita. Disini saya
ingin tekankan bahwa berorganisasi itu penting banget, beda sekali kalau sudah
masuk organisasi, lebih terlatih memenej diri dan mengatur program. Yang belum
masuk UKM, silahkan masuk sekarang, sebelum terlambat. Sesuaikan organisasi
dengan passionnya kalian.
Hargai dan motivasi kawan,
misal Ratu, dia punya suara yang bagus maka puji dia dan suruh ia yang menajar
nyanyi TPA dan tilawah. Atau Fadhil, pinter pidato, semangati ia untuk mengajar
pidato untuk anak-anak. Surya, menunjukkan gelagat suka ngomong duluan dalam
banyak sesi, maka tunjuk ia menjadi ketua. Sepertinya ia suka profesi seperti
itu. Kalau pun ia masih kurang kompeten, maka tugas kita memberi masukan
terhadap kawan tersebut. Urusan diterima atau tidak terserah dia, yang penting
kita sudah ada i’tikat baik. Bagi kawan-kawan yang memang aktivis tulen,
sedikit pesan lagi, jangan terlalu menonjolkan diri ketiga di lapangan, bisa
saja maksud kita baik, namun belum tentu orang lain menganggapnya baik juga.
Atau malah kawan yang lain menjadi minder. Pilih bahasa yang tepat untuk
berkomunikasi.
Jalin kekompakan dengan solat
berjamaah dan belajar mengaji bersama. Jangan canggung, ajak kawan kita. Kalau
mereka tidak mau, ya sudah, jangan dipaksa. Setidaknya sudah ada i’tikat baik
dari kita untuk
Terakhir, KPM Sukses nan Berprestasi.
Pembahasan ini khusus
pengalaman saya di gampong tempat stay. Alhamdulillah saya bisa katakan, KPM
saya dan 4 kawan lainnya berjalan sukses. Kami mendapatkan nilai 94 dari
P2M, subhanallah. Nilai tertinggi adalah 96. Hehe saya gitu orangnya, suka buat
survei sendiri. Wah, enak kali lah, dapat nilai tinggi ya, kak? Mencapai poin
ini tidak semudah menulis angka tersebut. Butuh perjuangan berdarah-darah dan
berair mata, nyan hana, stay di
hospital teuk. Karena kesuksesan itu tergantung pengorbanan.
Selama KPM, konflik
sesama terkadang memang tak bisa dihindari, termasuk saya sendiri. Saya juga bisa
pahami jika ada yang kesal dengan saya. Wajar, saya memperlakukan kawan-kawan
sama seperti kerasnya membimbing diri saya. Mungkin mereka tak biasa dengan
sistem kerja di bawah tekanan, keuangan menipis, kegiatan juga harus yang
subhanallah. Belum lagi tantangan-tantangan yang lain. Bagi yang belum pernah
berorganisasi, hal ini terasa lebih berat.
Dengan
banyaknya tekanan dan rasa penolakan awalnya oleh pihak gampong, maka hal ini
membuat saya khususnya dan kawan-kawan lain termotivasi untuk menunjukkan bahwa
keberadaan kami disini memang bermamfaat. Saat itu, ketua kelompok sudah
menyatakan “angkat tangan” untuk kegiatan Silahturrahmi Akbar ini. Namun
tiba-tiba salah seorang teman mengatakan, kita tidak akan tau kita bisa atau
tidak, kalau kita tidak mencoba. Akhirnya dengan berat, mereka pun ikut
menjalankan ide ini.
Namun, saya bangga dengan
4 sahabat saya, mereka berempat telah sukses membuat kegiatan yang meriah yang
seharusnya dilakukan di tingkat kecamatan. Mereka menjadi sosok yang baru nan
berprestasi. Namun justru, mereka berempat adalah prestasi buat saya.
Alhamdulillah, banyak perubahan. Pada
saat berlangsungnya kegiatan, kebetulan saya sedang tidak di lokasi, harus
melanjutkan perjuangan lain mengharumkan nama UIN di kancah Nasional. Mungkin
kita harus berkorban dulu untuk tidak disukai, tapi ketika kesuksesan telah
diraih, maka mereka akan merindui sosok kita.
[Note: semua yang ada di tulisan ini
tidak ada niat menjelekkan pihak tertentu, namun kita jadikan pelajaran untuk
kedepan. Saya mohon maaf jika tidak berkenan. Sengaja tulisan ini dibahas
dengan lugas, karena hal seperti ini sering terjadi].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar